1. Definisi
Cerebral palsy (CP) adalah gangguan pada otak yang bersifat non progresif. Gangguan ini dapat disebabkan oleh adanya lesi atau gangguan perkembangan pada otak (Sheperd,1995). Sedangkan menurut Bax yang dikutip oleh Soetjiningsih cerebral palsy adalah suatu kelainan gerakan dan postur yang tidak progresif oleh karena suatu kerusakan atau gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang dapat terjadi setiap waktu sebelum otak mencapai kematangan, dari konsepsi hingga anak berumur 5 atau 6 tahun.
Spastik diplegi adalah tipe dari CP yang mengenai tungkai dimana ektremitas atas lebih ringan dari pada ektremitas bawah (Miller & Bachrach,1998).
Berdasarkan penjelasan di atas cerebral palsy spastik diplegi adalah gangguan pada otak yang bersifat non progresif yang disebabkan oleh adanya lesi atau perkembangan abnormal pada otak yang ditandai gangguan berupa peninggian tonus otot dan refleks pada keempat anggota gerak, tetapi pada ektremitas atas lebih ringan dari pada ektremitas bawah.
2. Anatomi fungsional
a. Anatomi otak
Otak merupakan bagian pertama dari sistem saraf pusat yang mengalami perubahan dan pembesaran. Bagian ini dilindungi oleh tiga selaput pelindung (meningen) dan berada di dalam rongga tulang tengkorak.
1) Korteks serebri
Korteks serebri dibagi menjadi dua, hemisperium kiri dan hemisperium kanan yang dihubungkan oleh corpus collasum. Korteks serebri dibagi menjadi 4 lobus, yaitu : (1) lobus frontalis terdiri dari area 4 yang merupakan daerah motorik yang utama, area 6 yang merupakan bagian sirkuit traktus ekstrapiramidal, area 8 berhubungan dengan pergerakan mata dan pupil, area 9, 10, 11, dan 12 adalah daerah asosiasi frontalis, (2) lobus parietalis terdiri dari area 3, 1, dan 2 yang merupakan daerah sensorik post sentralis yang utama, area 4 dan 7 adalah daerah asosiasi sensorik, (3) lobus temporalis terdiri dari area 41 adalah daerah auditorius primer, area 42 merupakan korteks auditorius sekunder atau asosiasi, area 38, 40, 20, 21, dan 22 adalah daerah asosiasi, (4) lobus occipitalis terdiri dari area 17 yaitu korteks striata, korteks visual yang utama, area 18 dan 19 merupakan daerah asosiasi visual (Chusid, 1990).
2) Ganglia basalis
Ganglia basalis ialah massa substantia grisea yang terletak di bagian dalam hemispherium cerebri. Ganglia basalis merupakan sekumpulan badan sel didalam dienchepalon dan mesenchepalon. Ganglia basalis terdiri dari bagian-bagian, meliputi : corpus striatum, nukleus amygdala dan claustrum.
1) Serebellum
Terdiri dari dua hemispherium yang dihubungkan oleh suatu bagian median, yaitu vermis. Serebellum dihubungkan dengan otak tengah oleh peduncullus cereballaris superior, dengan pons melalui peduncullus cerebellaris media, dan dengan medulla melalui peduncullus cerebellaris inferior. Lapisan permukaan hemispherium cerebelli disebut sebagai substansia dan terdiri dari substansia grisea .
2) Batang otak (Brain steem)
Terdiri dari kumpulan medulla oblongata, pons dan mesensefalon. Batang otak merupakan bagian dari otak yang tinggal setelah hemispherium cerebri dan serebellum diangkat (Snell, 2000).
b. Neurofisiologi
1) Area Broadmann
Pembagian dan klasifikasi menurut sistem dari Brodmann yang lebih sering disebut sebagai area Brodmann . Area Broaddman disebut juga area pre motor, area ini terletak 1-3 cm di depan gyrus precentralis cortek motorik primer. Bila area ini dirangsang dapat menimbulkan kontraksi yang komplek dari sekelompok otot. Kadang – kadang menimbulkan gerakan adversif (rotasi yang kasar dari mata, kepala, dan tubuh ke sisi yang berlawanan) yang disebabkan karena adanya rangsangan pada traktus ekstrapiramidal, tetapi dapat juga karena penyebaran rangsangan di dalam korteks ke sistem piramidal. Maka fungsi area ini untuk mengontrol koordinasi gerakan dari otot yang terangsang dan pada area inilah spastisitas sering terjadi ( Chusid, 1993 ).
3. Etiologi
Cerebral palsy (CP) dapat terjadi pada masa prenatal, perinatal, paskanatal (Adnyana,1995).
a. Masa prenatal (gangguan selama kehamilan)
Periode ini biasanya disebabkan oleh anoksia (anemia, shock pada kehamilan, gangguan plasenta, inkompatibilitas Rh), infeksi pada ibu (rubella, toksoplasmosis, cytomegalovirus, virus herpes, syphilis), trauma, faktor metabolik, malformasi otak.
b. Masa perinatal (saat lahir) :
Periode saat kelahiran, biasanya meliputi : anoksia (obstruksi pernafasan, atelektasis, separasi prematur plasenta, over dosis sedasi, kelahiran sungsang), trauma (disproporsi kepala panggul), prematuritas, seksio saesaria.
c. Masa paskanatal (setelah lahir) :
Periode pasca natal disebabkan oleh : trauma (fraktur tulang tengkorak, kontusio serebri), infeksi (meningitis, encefalitis), kecelakaan serebrovaskular, anoksia (syok, keracunan, nyaris tenggelam), tumor otak.
CP paling banyak terjadi pada masa prenatal karena otak belum matur (Indriastuti, 2002).
4. Patologi
Kelainan spastik diplegi disebabkan oleh kerusakan di daerah periventrikuler sampai traktus kortiko spinalis atau kerusakan area motorik tambahan yang mengatur perencanaan dan koordinasi (Scheller, 1994, yang dikutip oleh Mariani). Mekanisme patologi meliputi necrosis neurology selective dan ischemic cerebral. Cerebral ischemic necrosis meliputi focal dan multifocal, sedangkan tipe ischemic lesi meliputi lesi hemoragic dan periventricular leucomalasia (Hill and Volpe, 1987 dikutip oleh Sheperd, 1997).
Lesi neuroanatomik yang paling sering terjadi di temukan adalah kerusakan pada zona matriks germinal di daerah periventrikuler pada fetus prematur, biasanya terjadi sekitar usia kehamilan 24 sampai 34 minggu. Cedera ini biasanya disebabkan oleh ischemi akibat hipoperfusi. Struktur periventrikuler rentan terhadap kerusakan tipe ini karena merupakan watershed zone yang hanya menerima suplai darah secara marginal. Lesi tersebut cenderung agak simetris sehingga menyebabkan gejala bilateral. Lebih lanjut, hal ini terjadi pada kapsula interna di tempat yang dilewati oleh traktus-traktus yang mengatur motor neuron dari tungkai dan trunkus. Sehingga, lesi tersebut mengakibatkan spastik diplegi (Prevo, 1999 yang dikutip oleh Mariani 2001).
5. Tanda dan gejala klinis
CP spastik diplegi memiliki karakteristik spastisitas di trunk dan tungkai (Wilson, 1991 yang dikutip oleh Cambell, 1991). Anak dengan CP spastik diplegi biasanya ditandai dengan adanya gangguan yang lebih berat yang mengenai anggota gerak bawah dengan distribusi yang seimbang di antara kedua tungkai, pada anggota gerak atas mengalami gangguan yang sangat ringan bahkan tidak ada, kontrol kepala baik dan tidak terdapat gangguan bicara. Adanya spastisitas pada anggota gerak bawah yang mengakibatkan timbulnya scissor posture yang tampak pada saat anak berdiri. Kebanyakan pada penderita dan berjalan dengan kaki berjinjit (Bobath, 1966).
6. Prognosis
Prognosis penderita CP tergantung dari jenis dan berat ringannya gejala motorik dan adanya penyulit seperti bangkitan epilepsy, gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan retardasi mental.
Prognosis paling baik didapat jika derajat fungsionalnya ringan dan makin berat bila disertai gejala penyulit. Penderita CP yang berat disertai adanya retardasi mental dan epilepsy mempunyai angka kematian yang tinggi akibat infeksi saluran pernafasan dan paru-paru.
Beberapa penelitian mengatakan bila penderita mampu duduk sendiri sebelum umur 2 tahun, maka diperkirakan penderita dapat berjalan sendiri dengan atau tanpa alat bantu. Bila tidak dapat duduk sendiri setelah umur 4 tahun, prognosisnya jelek untuk dapat berjalan (Indriastuti, 2002).
Kesembuhan dalam arti regenerasi otak yang sesungguhnya tidak pernah terjadi pada CP, tetapi akan terjadi perbaikan sesuai dengan tingkat kematangan otak yang sehat sebagai kompensasinya. Pengamatan jangka panjang yang dilakukan Cooper dkk menunjukkan tendensi perbaikan fungsi koordinasi dan fungsi motorik dengan bertambahnya umur pada anak yang mendapat stimulasi dini (Indriastuti, 2002).
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I, M, 1995; Cerebral palsy ditinjau dari Aspek Neurologi: Diakses tanggal 23/11/2010, dari http://www.kalbe.co.id
Bobath, K., 1966; The Motor Defisit in Patient with Cerebral Palsy, William Heinemann Medical Books Ltd, London
CDC features, 2010; Data Show in 1 In 278 Children Have Cerebral Palsy: Diakses tanggal 23/11/2010, dari http://www.cdc.gov.
Connor, MJ, 2004; The Bobath Approach to Cerebral Palsy Intervention: Diakses tanggal 23/11/2010, dari http://www.bobath.org.uk.
Chusid, J. G., 1993; Neuro Anatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional. Edisi Empat. Gajah Mada University Press, Yogjakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008; Profil Kesehatan 2007; Visi Baru, Misi Kebijaksanaan dan Strategi Pembangunan Kesehatan : Diakses tanggal 27/12/2010, dari http://www.depkes.go.id
Duss, P, 1996 ; Diagnosa Topik Neurologi ; Anatomi, Fisiologi, Tanda ,Gejala; Edisi 2, EGC, Jakarta
Finnie, N.R, 1997 ; Handling the Young Child with Cerebral Palsy at Home, Third Edition, Butterworth Heinemann Tottenham, London
Fisio Blog ; Neuro Developmental Treatment (NDT) : Diakses tanggal 12/11/2010, dari http:// jelajahfisio.blogspot.com
Indrastuti, L. 2004; Rehabilitasi Medik pada Crebral Palsy, diambil dari Kumpulan Makalah Seminar Cerebral Palsy Gangguan Gerak dan Mental, YPAC Semarang dan UNDIP, Semarang
Keith, M.P., 2002; Gross Motor Function Measure Score Sheet (GMFM) (GMFM-88 and GMFM-66 scoring), Version 1.0.
Kisner, C & Colby, L.A, 1996; Therapeutic Exercise, Foundation and Techniques.Third Edition, FA Davis Company, Philadelphia
Miller & Bachrach, 1995; Cerebal Palsy A Complete Guide for Caregiving. The Johns Hopkins University Press, Baltimore
Tidak ada komentar:
Posting Komentar